Selasa, 03 Februari 2009

Sebuah Petuah, Sebuah Ilmu, dari Seorang Maestro

Scenario,,,So Difficult…So Easy


Judul : Teori Menulis Skenario Film Cerita

Penulis : H.Misbach Yusa Biran

Penerbit : PT Dunia Pustaka Jaya bekerja sama dengan PT Demi Gisela Citra Pro

Edisi : Cetakan Pertama 2006

Tebal Buku : 327 halaman


H.Misbach Yusa Biran, pria kelahiran Rangkasbitung (Banten) 11 September 1933. Pria yang tak lain adalah suami dari aktris Nani Wijaya ini mulai memasuki dunia film pada tahun 1954 di studio Perfini yang dipimpin oleh Usmar Ismail. Pada awalnya ia menjadi Asisten Sutradara dan anggota Sidang Pengarang. Banyak pengalaman yang ia dapat di dunia film, mulai dari membuat scenario, film pendek, film cerita, menjadi dosen di IKJ, hingga akhirnya menulis sebuah buku berjudul ‘Teknik Menulis Skenario Film Cerita’.

Skenario,,, merupakan suatu penuntun dalam pembuatan suatu kisah, khususnya dalam sebuah film.

Terdengar rumitkah sebuah sekenario?
Mungkin saja iya, tapi mungkin juga tidak…
Inilah ‘Teknik Menulis Skenario Film Cerita’ sebuah buku yang mencoba mengupas mengenai bagaimana cara membuat sebuah naskah scenario itu dapat hidup dan mampu memikat para penikmat film. Mulai dari hubungan antara cerita dan scenario itu sendiri yang mempunyai kaitan sangat erat, bahasa film yang memiliki beberapa unsur dalam komposisi serta sudut pandang kamera hingga mampu mengghasilkan bahasa film yang dramatic dan tetap alamiah, pelaku cerita yang mampu menghidupkan cerita dalam skenario, Dramatisasi dan penonton, struktur bertutur dramatic, konstruksi yang dramatic, dan juga pembahasan mengenai bagaimana cara menentukan gagasan cerita, hingga penyampaian informasi yang efektif pada penonton.
Untuk tiga point penting yang terakhir yang ada dalam buku ini adalah Sinopsis yang harus ada dalam sebuah film cerita, Kerangka scenario yang memuat mengenai rancangan peralihan dari sebuah tulisan sinopsis menjadi sebuah tulisan scenario, dalam hal kerangka scenario penggunaan imajinasi memvisualkan suatu cerita sangat penting. Dan yang terakhir adalah Deskripsi scenario, berisi kalimat-kalimat yang relative singkat dan mudah dipahami pembaca.
Selain tentang mengulas teknik pembuatan scenario, penulis juga mencoba menegaskan bahwa dalam dunia seni perbuatan menjilpak adalah suatu hal yang hina, meski pun kita sadar dan tahu bahwa banyak sekali karya cerita yang tak lain adalah hasil jiplakan. Bukannya tidak boleh, tapi untuk menghargai hasil karya orang lain, maka tak ada salahnya jika para plagiator itu menuliskan sumber yang menginspirasinya.
Jika dilihat, nampaknya penulis adalah salah satu sineas yang berada dalam kutub idealis dunia perfilman di Indonesia, mengingat dalam buku ini dituliskan bahwa dunia film terdiri daridua kutub, yaitu kutub main stream (mengikuti arus) dan kutub idealis. Penegasan akan keberanian yang harus dimiliki oleh para sineas muda yang harus berani mengambil resiko jika ingin masuk dalam dunia film, karena kutub idealis cukup memiliki banyak tentangan di Indonesia. Bahkan penulis sendiri sempat memutuskan untuk vakum dari dunia film, karena pada tahun 1971 itu dunia film dimarakkan dengan produksi film-film porno.
Setelah mereview isi buku setebal 327 halaman ini, saya yakin bahwa buku ini sangat relevan untuk dikonsumsi oleh mahasiswa komunikasi, apalagi yang mempunyai cita-cita ingin jadi penulis scenario sukses. Tak hanya itu, dalam buku ini juga memuat tentang cara-cara dan jenis pengambilan gambar yang pastinya akan berguna bagi calon kameramen/kamerawati handal. Mengingat saat ini masih jarang buku penulisan scenario yang mampu memenuhi rasa keingintahuan kita secara lebih detail, apalagi dalam setiap bahasan penulis dengan teratur menyampaikan berbagai pengalaman dan juga nasihatnya bagi calon-calon penulis scenario, jadi selain pembaca mempelajari teorinya, pembaca juga dapat mencoba belajar dari pengalaman penulis. Seperti kita tahu bahwa ‘Pengalaman adalah guru yang terbaik’.
Selain isi materi yang tulis dengan gaya bahasa yang mudah dicerna, kita dapat melihat anatomi buku yang lengkap, dengan ilustrasi sampul yang cukup simple membuat orientasi pembaca langsung tertuju pada judulnya, lidah buku yang memuat mengenai profil penulis, halaman persembahan, daftar isi yang tidak akan membuat pembaca pusing dengan jabarannya yang singkat, kata pengantar, hingga isi sampai pada lampiran yang berisi tentang tambahan bacaan yang dianjuurkan penulis agar pembaca tak hanya berhenti pada buku tulisannya ini, dan juga daftar istilah serta indeks yang memudahkan pembacanya.
Dan, tampaknya kita dapat mengatakan bahwa membuat scenario film cerita memang sulit, tapi asalkan kita mempunyai kemampuan dan kemauan, maka tak ada yang sulit dalam hidup ini.
Mungkin setelah saya membaca beberapa buku scenario, buku inilah yang mau memberi nasihat tanpa terasa menggurui selayaknya buku bijak yang membuat pembacanya merasa dekat dengan penulisnya.

Tidak ada komentar: